Selain laweyan kauman juga
merupakan sentra industri batik di solo,Ratusan lembar kain batik berusia di atas 35 tahun dipamerkan
di sejumlah sudut
rumah kayu khas Jawa, yang juga sudah uzur.Berbagai
peralatan membatik yang usianya tak kalah tua juga ada di
rumah itu. Untuk menggambarkan kejayaan industri batik tempo
dulu dipajang pula ratusan cap yang menandai produsen batik
masa itu.
Gambaran
itulah yang dapat ditemui saat mengunjungi Museum Batik
Kaoeman. Museum ini terletak di sebuah sudut Kampung Kauman
yang menjadi satu sentra batik di Kota Solo. Keberadaannya
terasa tepat di tengah perkampungan yang sejak dulu hidup
dari industri batik khas Solo.
Bunga
matahari, puspita, sedep malem, anggur, dan pisang bali,
adalah sebagian dari cap batik yang dipajang di dinding
kayu saat Kompas menapak di beranda rumah yang dijadikan
museum itu, pekan lalu. Cap batik pernah mewarnai industri
batik puluhan tahun lalu.
Memasuki
ruang utama, nuansa Jawa tempo dulu sungguh terasa. Lemari
kayu berukir yang terlihat klasik menempati beberapa sudut
ruang. Lembaran kain batik dalam berbagai motif ditaruh
di dalamnya. Kain kuno juga dipamerkan di meja, kayu panjang,
dan kayu terikat tali yang digantung di atap. Semuanya diberi
label untuk menerangkan setiap motif kain batik itu.
"Museum
ini lebih dimaksudkan nguri-uri budaya, yaitu batik Solo.
Di sini masyarakat dapat melihat dan mempelajari sejarah
batik Kauman khususnya, dan batik Solo serta turunannya,"
kata pengelola Museum Batik Kaoeman Gunawan Setiawan.
Untuk
tujuan pembelajaran itu, koleksi museum juga dilengkapi
peralatan yang digunakan untuk membatik. Alat pres batik
dari besi yang digunakan tahun 1940-an ada juga di sana.
Ini dipakai untuk merapikan batik yang akan dikemas dalam
jumlah banyak. Tak kalah unik adalah alat giling batik dari
besi masa 1920-an. Sejumlah alat stempel kuno pun dipamerkan.
Alat
produksi batik lainnya dapat ditemukan di lantai II bangunan
di sebelahnya. Berbagai stempel motif untuk membuat batik
cap ada di ruangan itu. Alat pres besar dari masa lalu,
tetapi kali ini terbuat dari kayu, berdiri kokoh di dekat
dinding.
Di
tengah acara berkeliling kampung melihat proses produksi
dan berburu batik, kunjungan ke museum ini akan memperkaya
wawasan tentang sejarah batik di Solo, terutama batik Kauman.
Apalagi, koleksi di museum ini merupakan milik warga Kampung
Kauman yang sejak dahulu membuat batik. (Sugihandari/Litbang
Kompas)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar