Pages

Selasa, 14 Agustus 2012

Keris Pusaka Nagasasra Sabuk Inten

Keris Pusaka Nagasasra dan Sabuk Inten adalah dua benda pusaka peninggalan Raja Majapahit. Nagasasra adalah nama salah satu dapur (bentuk) keris luk tiga belas dan ada pula yang luk-nya berjumlah sembilan dan sebelas, sehingga penyebutan nama dapur ini harus disertai dengan menyatakan jumlah luk-nya.

Bentuk

Bagian gandik keris ini diukir dengan bentuk kepala naga ( biasanya dengan bentuk mahkota raja yang beragam ), sedangkan badannya digambarkan dengan sisik yang halus mengikuti luk pada tengah bilah sampai ke ujung keris. Dengan ciri-ciri antara lain adalah kruwingan, ri pandan dan greneng, dan beberapa empu (berdasarkan zamannya seperti Majapahit , Mataram dan Mataram Nom) membuat keris ber-dapur nagasasra.
Pada keris dapur Nagasasra yang baik, sebagian besar bilahnya diberi kinatah emas, dan pembuatan kinatah emas semacam ini tidak disusulkan setelah wilah ini selesai, tetapi telah dirancang oleh sang empu sejak awal pembuatannya. Pada tahap penyelesaian akhir, sang empu sudah membuat bentuk kinatah ( yang benar adalah tinatah = kata 'tatah' yang artinya dalam bahasa Indonesia = pahat,dengan sisipan in, menjadi tinatah )sesuai rancangannya . Bagian-bagian yang kelak akan dipasang emas diberi alur khusus untuk "tempat pemasangan kedudukan emas" dan setelah penyelesaian wilah selesai, maka dilanjutkan dengan penempelan emas oleh pande emas.

Salah satu pembuat keris dengan dapur Nagasasra terbaik, adalah karya empu Ki Nom, merupakan seorang empu yang terkenal, dan hidup pada akhir zaman kerajaan Majapahit sampai pada zaman pemerintahan Sri Sultan Agung Anyokrokusumo di Mataram, tetapi ada sebagian ahli lain yang mengatakan bahwa Ki Supo Anom pada zaman kerajaan Mataram, sebenarnya adalah cucu dari empu Supo Anom yang hidup pada zaman Majapahit, dan golongan ini menyebut Ki Nom dengan sebutan Ki Supo Anom II, dan yang hidup di zaman Majapahit disebut Ki Supo Anom I.

Sabuk Inten

Dapur Sabuk Inten, seperti juga dapur Nagasasra mempunyai luk tiga belas dengan ciri-ciri yang berbeda yaitu mempunyai sogokan, kembang kacang, lambe gajah dan greneng.

Komik

Nama keris Nagasasra (tanpa menyebutkan dapur) menjadi terkenal karena menjadi topik dalam cerita silat karya S.H. Mintarja, diceritakan bahwa Mahesa Jenar, salah satu muridnya Syeh Siti Jennar, mantan perwira tinggi kerajaan Demak pada masa kerajaan Demak Bintoro mencari kedua benda pusaka tersebut yang konon bagi siapa yang mendapatkannya akan menjadi pewaris sah tahta kerajaan Demak.


Keris Nagasasra sangat terkenal dalam cerita dan budaya masyarakat Tanah Jawa.
Dalam dunia Perdhuwungan, keris ini adalah salah satu dari dapur (bentuk) keris luk 13 yang paling kesohor.
Ricikan yang lain terdapat pada keris berdapur Nagasasra adalah kruwingan, greneng, dan ripandan. Sebagian besar Nagasasra dihias dengan  tinatah emas sehingga penampilannya terkesan megah, mewah, indah dan berwibawa. Terutama bila keris ini dimiliki oleh golongan  masyarakat yang sudah mukti kehidupan sosialnya.
Adapun mahkota naga pada keris Nagasasra ada 2 macam yaitu yang berbentuk seperti mahkota topong, yang dikenakan tokoh wayang Adipati Karno, dan satunya berbentuk mahkota seperti Prabu Kresna.
Selain berluk 13, ada juga yang berluk 11, 9, dan 7. Sebab itulah kalau kita menyebut Keris Nagasasra harus disertai keterangan luknya.
Sebagian keris Nagasasra juga terdapat bola kecil yang terbuat dari emas atau berlian pada moncong mulutnya. Butiran ini berguna untuk meredam sifat galak dan panas pada tuah keris. Apabila situasi gawat misalnya terjadi rusuh atau perang, maka butiran berlian yang menyumpal mulut naga tersebut bisa dicopot tentunya dengan cara yang ‘magis’ pula.
Itulah makanya keris naga dan kerabatnya (Naga Pasa, Naga Siluman, Nagaraja, dsb) tuahnya tidak jauh dari kewibawaan , kederajatan, kepemimpinan dan kekuasaan.
Alkisah menurut legenda, keris Nagasasra luk 13 tinatah emas dibuat pada zaman Majapahit masa pemerintahan Prabu Brawijaya IV (1466-1478). Pembuatnya adalah Empu Supo Mandrangi.
Konon keberadaan Keris Nagasasra tersebut hingga kini masih diliputi misteri. Ada yang percaya disimpan di Keraton Yogyakarta Hadiningrat, sementara versi lain menyebutkan, keris Nagasasra adalah pusaka kerajaan Majapahit. Keris tersebut hingga kini tetap terpelihara denga baik oleh para ahli warisnya secara turun temurun.
Seperti yang dialami Penulis, entah bagaimana ceritanya sampai ada yang tahu tentang keberadaan Keris Nagasasra yang saya miliki. Dengan berbagai cara mereka, para caleg sewaktu Pemilu Legislatif 2009 berebut untuk mendapatkan tuah dari keris yang saya miliki, baik dengan meminum air bekas celupannya, meminjam bahkan sampai ada orang kaya yang nekad mau membeli dengan harga paling tinggi 5 M. Ini semua mereka lakukan tentu demi menggapai sebuah cita-cita: Kekuasaan.
Dari sisi spiritual supranatural hal tersebut bisa dimaklumi sebab keris Nagasasra memiliki kehebatan magis yang luar biasa, disamping untuk kewibawaan juga untuk melanggengkan kekuasaan. Prediksi awal spiritual menyebutkan siapapun yang berniat mencalonkan diri menjadi pemimpin baik caleg atau bahkan Presiden sekalipun haruslah menguasai terlebih dulu piandel Keris Nagasasra. Sedang dari sudut pandang sejarah Keris Nagasasra memiliki sejarah yang panjang dan memiliki relevansi kekuasaan sepanjang zaman, sebab selama berabad-abad lamanya keris Nagasasra dijadikan pancer kerajaan, bahkan ketika negara telah berubah bentuk menjadi Republik sekalipun.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar